Cara membuat dialog novel yang natural dan menghidupkan dalam cerita, tidak terlepas dari adanya percakapan antar tokoh. Dialog yang dapat menghidupkan dan membuat cerita menjadi natural, tidak akan membuat pembaca merasa bosan dan jenuh.
Cara membuat dialog novel yang natural dan menghidupkan dalam cerita, menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk dapat mengetahui cara membuat dialog novel yang natural dan menghidupkan dalam cerita. Di sinilah, akan dibahas bagaimana penulisan dialog yang dapat meghidupkan dan natural dalam sebuah cerita.
Daftar isi
ToggleCara Membuat Dialog Novel yang Natural dan Menghidupkan Dalam Cerita
Dapat membuat dialog novel yang natural dan menghidupkan pastinya menjadi impian semua penulis, agar karya tulisnya dapat menemukan banyak penggemar dan diminati oleh para pembaca. Maka dari itu, banyak penulis yang berusaha untuk belajar mengenai kaidah-kaidah penulisan yang benar.
Artikel yang sesuai:
1. Menggunakan bahasa percakapan sehari-hari
Penggunaan bahasa dialog sehari-hari dapat membuat cerita lebih natural dan hidup. Selain itu, penggunaan bahasa dan pemilihan kata perlu untuk di sesuaikan dengan karakter si tokoh.
Contohnya, jika karakter anda merupakan orang asli jawa dengan logat ngapak, maka anda perlu untuk memberikan beberapa imbuhan yang menunjukkan bahwa karakter tersebut merupakan orang jawa ngapak.
2. Menggunakan dialog sesuai dengan konteks percakapan
Dialog tidak harus selalu satu paragraf panjang, itulah mengapa perlu disesuaikan dengan konteks percakapan yang terjadi. Dialog yang panjang dapat membuat pembaca merasa jenuh, maka dapat disesuaikan dengan konteks percakapan, sehingga tidak bertele-tele.
Contohnya, jika si karakter sedang bercerita dengan seseorang, usahakan tidak anda tuangkan semua ceritanya dalam satu dialog. Anda bisanya membaginya menjadi beberapa dialog dan diselingi oleh gerakan tubuh. Sehingga cerita menjadi lebih hidup dan natural.
3. Memanfaatkan berbagai jenis dialog
Dialog percakapan dalam sebuah cerita tidak hanya percakapan tokoh. Melainkan terdapat beberapa jenis dialog lainnya yang dapat anda gunakan untuk menghidupkan dan memberikan kesan natural dalam cerita anda, seperti dialog internal, dialog monolog, dialog langsung, dialog tidak langsung, dialog eksternal, dialog ekspositori, dialog subteks dan dialog fungsional.
4. Memanfaatkan gerakan non-verbal
Penggunakan gerakan non-verbal bisa memperkuat karakteristik tokoh. Dalam sebuah cerita, gerakan non-verbal yang di ceritakan dapat memberikan gambaran emosi dan perasaan karakter anda.
Contoh, ketika karakter anda sedang bersedih anda dapat menggambarkannya dengan kalimat ‘air mata yang membasahi pipinya.’
5. Melakukan pengamatan dan berlatih
Dalam menulis sebuah cerita terutama pada bagian dialog, penulis tentu perlu untuk melakukan pengamatan dan berlatih. Pengamatan ini dapat dilakukan mulai dari mengamati cara orang disekitar berbicara. Semakin sering anda melakukan pengamatan dan berlatih, maka akan semakin mahir anda dalam menulis. Terutama pada penulisan dialog.
Cara Penulisan Dialog yang Benar
Selain daripada cara membuat dialog yang natural dan menghidupkan, penulis juga perlu untuk tahu cara penulisan dialog yang benar. Berikut adalah cara penulisan dialog yang benar.
1. Pemakain tanda titik (.) pada akhir dialog
Tanda bacaa titik, ditempatkan sebelum tanda kutip pada akhir dialog.
Contoh salah : “Dia bukan pelakunya”.
Contoh benar : “Dia bukan pelakunya.”
Jika ditulis dalam sebuah narasi setelah dialog, maka ada ketentuan lain yang mengikutinya. Seperti, penulisan huruf kapital di awal kata setelah tanda kutip.
Contoh salah : “Ayahku orang yang pekerja keras.” ujar Robet dengan bangga.
Contoh benar : “Ayahku orang yang pekerja keras.” Ujar Robet dengan bangga.
Begitu juga jika terdapat narasi yang mengawalinya, maka terdapat kententuan lain. Seperti, penggunaan tanda baca pada narasi awal sebelum dialog.
Contoh salah : Bayu tersenyum, “Terima kasih sudah membantuku kawan.”
Contoh benar : Bayu tersenyum. “Terima kasih sudah membantuku kawan.”
2. Pemakaian tanda Koma (,) pada akhir dialog
Penggunaan koma di akhir dialog, biasanya digunakan pada dialog tag. Dialog tag pada umumnya ditandai dengan penulisan huruf kecil setelah tanda petik dan di tandai dengan adanya kata-kata berikut, “ujarnya, kata, sambung, tukas, pekik, ungkap dan lain sebagainya.”
Contoh salah : “Aku yang menginjak tanaman itu.” Ungkap Galih.
Contoh benar : “Aku yang menginjak tanaman itu,” ungkap Galih.
3. Pemakaian tanda seru (!) di akhir dialog
Pada sebuah tulisan, tanda seru biasanya digunakan untuk menegaskan, marah, berteriak, memberikan peringatan dan ungkapan marah.
Contoh salah : “Aku tidak mengambilnya.” Bantah Robet.
Contoh benar : “Aku tidak mengambilnya!” bantah Robet.
4. Pemakaian tanda tanya (?) di akhir dialog
Tanda tanya biasa digunakan untuk melengkapi kalimat tanya. Pada setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, biasanya narasi yang mengikutinya menggunakan awalan huruf kecil.
Contoh salah : “Sudah lama kamu datang?”, Tanya Anindhita.
Contoh benar : “Sudah lama kamu datang?” tanya Anindhita.
5. Pemakaian titik tiga/tanda elipsis (…)
Penggunaan tanda tersebut biasanya untuk memberikan jeda pada dialog. Cara penggunaan dalam dialognya adalah ketika tokoh memberikan jeda pada kalimatnya. Sebelumnya memberikan tanda elipsis, berikan spasi terlebih dahulu.
Begitu juga ketika selesai menggunakan tanda elipsis. Dan perlu diingat, kata yang mengikuti tanda elipsis harus dimulai dengan huruf kecil.
Contoh 1 : “Aku mohon … tetaplah berada disampingku.”
Contoh 2 : “Maafkan aku … kali ini aku harus benar-benar pergi.”
6. Pemakaian end dash (—) dalam dialog
Tanda baca ini biasanya digunakan pada dialog yang teputus-putus atau terpotong.
Contoh 1 : “Ma—maaf, aku tidak sengaja.” (Terputus-putus).
Contoh 2 : “Tetapi aku ti—” (Terpotong karena ada seseorang menyala ucapannya).
7. Pemakaian kata “kan” pada dialog
Letakkan tanda koma (,) sebelum kata “kan” dalam dialog.
Contoh 1 : “Dia orang yang kamu ceritakan kemarin, kan?”
Contoh 2 : “Ini tas yang waktu itu kamu beli bareng aku, kan?”
Contoh yang sama : “Bapak berangkat kerja dulu ya, Nduk.”
Kalimat seperti diatas juga memerlukan tanda koma (,) sebelum kata “Nduk”. Perlu diketahui, bahwa penggunaan kata pengganti seperti Nduk, Nak, Non, Den, dsb. tetap menggunakan huruf kapital pada awal kata. Karena itu merupakan panggilan pengganti untuk seseorang.
8. Pemakaian nama serta panggilan dalam dialog
Contoh 1 : “Aku harap Ibu mengizinkan kita untuk pergi,” ucap Bayu dengan penuh harapan.
Contoh 2 : “Aku berharap ibu mengijinkan kita untuk pergi,” kata Farhan dengan lirih.
Bisa diperhatikan pada dua contoh di atas, bahwa terdapat perbedaan pada penulisan kata “Ayah”. Pada contoh pertama, kata “Ayah” ditulis dengan huruf awal kapital. Mengapa demikian? Karena orang yang disebut (Ayah) hadir atau terlibat dalam obrolan.
Sementara pada contoh kedua, kata “ayah” ditulis menggunakan huruf kecil semua. Hal ini dikarenakan orang yang dimaksud (ayah) tidak berada disana atau tidak berinteraksi langsung dengan pembicara.
Catatan tambahan yang bisa anda pakai dalam membuat dialog, penulisan huruf awal di dalam sebuah dialog harus di awali dengan huruf kapital begitu juga dengan penulisan nama orang atau nama panggilan seseorang harus menggunakan huruf kapital.
Untuk menulis sebuah cerita dibutuhkan ketekunan, ketelitian serta kesabaran. Karena untuk menghasilkan tulisan yang baik, benar, natural dan cerita yang hidup, penulis perlu untuk melakukan banyak pengamatan pada sekitarnya. Maka dari itu, mulailah untuk memperkaya pengetahuan pada dunia penulisan. Dan mulailah membuat dialog yang natural, pada cerita anda. Selamat menulis dan berkarya!