9 Jenis Ending Novel yang Wajib Kamu Coba Saat Menulis Cerita

9 Jenis Ending Novel yang Wajib Kamu Coba Saat Menulis Cerita

Pernah enggak sih kamu baca novel yang bikin senyum-senyum sendiri pas baca ending-nya, tapi di lain waktu malah dibikin kesel atau bahkan nangis sama akhir ceritanya? Kadang, ending yang kuat bisa bikin cerita jadi luar biasa. Sebaliknya, ending yang lempeng atau enggak memuaskan, bisa-bisa seluruh cerita yang udah dibangun dari awal malah jadi kurang memuaskan.

Setiap penulis punya cara masing-masing buat nutup kisah yang mereka bangun. Ada yang pilih happy ending biar pembaca puas dan lega, tapi ada juga yang pilih ending tragis yang bikin mikir berhari-hari. Jenis ending novel yang sering dipakai cukup beragam yang justru bikin dunia pernovelan jadi makin seru.

9 Jenis Ending Novel yang Wajib Kamu Coba Saat Menulis Cerita

Jadi, di artikel ini kita bakal bahas berbagai jenis ending novel yang bisa dipakai dalam novel. Siapa tahu, kamu bisa nemuin inspirasi buat cerita yang lagi kamu tulis, atau sekedar lebih paham kenapa ending novel favoritmu terasa begitu membekas di ingatanmu.

1. Happy Ending

Ini dia jenis ending novel yang paling umum dan paling banyak dicari pembaca. Tokoh utama berhasil melewati semua konflik, masalah terselesaikan, dan semua karakter dapat hasil yang mereka inginkan. Pokoknya semua bahagia, semua lega.

Contohnya bisa kita lihat di banyak cerita romansa atau petualangan, di mana tokoh utama akhirnya bersatu dengan pasangan impian, atau berhasil menyelamatkan dunia. Ending kayak gini bikin pembaca tersenyum puas dan tutup buku dengan perasaan hangat.

2. Sad Ending

Kebalikan dari happy ending, sad ending adalah ketika cerita berakhir dengan kesedihan, kehilangan, atau kegagalan. Biasanya jenis ending novel ini dipakai untuk memperkuat pesan cerita atau menunjukkan realita hidup yang enggak selalu berjalan sesuai harapan.

Ending ini sering ditemukan di novel drama, tragedi, atau kisah-kisah bertema berat. Seperti tokoh utama meninggal, cinta tak sampai, atau mimpi besar harus dikorbankan demi kebaikan yang lebih besar. Kadang ending seperti ini yang paling membekas di hati pembaca.

3. Open Ending

Pernah baca novel yang di akhir cerita malah bikin kamu bengong dan nanya “Lah, terus gimana?” Nah, itu namanya open ending. Ending terbuka ini enggak kasih jawaban pasti tentang apa yang terjadi setelahnya, tapi justru membiarkan pembaca menebak sendiri.

Jenis ending novel ini cocok banget buat cerita yang fokus ke perkembangan karakter atau tema-tema yang kompleks. Tujuannya bukan buat nyebelin, tapi biar pembaca diajak mikir dan merenung lebih dalam. Kadang juga sengaja dibuat open ending untuk kemungkinan seri lanjutan di masa depan.

4. Bittersweet Ending

Kalau kamu suka perasaan campur aduk pas baca ending, bittersweet ending bisa jadi favorit kamu. Ending ini menggabungkan elemen bahagia dan sedih dalam satu waktu. Jadi, meskipun ada kemenangan, tetap ada harga yang harus dibayar.

Misalnya, tokoh utama berhasil mencapai tujuannya, tapi harus kehilangan seseorang yang berarti. Atau, mereka bisa lepas dari masalah besar, tapi tidak bisa kembali ke kehidupan sebelumnya. Bittersweet ending terasa realistis dan emosional, dan enggak terlalu manis, tapi juga enggak sepenuhnya tragis.

5. Twist Ending

Twist ending adalah jenis penutup cerita yang datang tiba-tiba dan mengubah cara kita melihat keseluruhan cerita. Ending seperti ini sering muncul di genre misteri, thriller, atau fiksi ilmiah. Misalnya, ternyata tokoh utama adalah pelaku kejahatan yang dicari, atau semua kejadian yang dialami ternyata cuma imajinasi semata.

Supaya twist ending berhasil, penulis harus jago menanam petunjuk kecil sepanjang cerita tanpa bikin pembaca sadar. Tapi kalau terlalu maksa atau enggak masuk akal, twist ending bisa gagal total.

6. Full Circle Ending

9 Jenis Ending Novel yang Wajib Kamu Coba Saat Menulis Cerita

Ending jenis ini membawa cerita kembali ke titik awal, baik secara simbolis maupun literal. Bisa berupa pengulangan adegan, dialog, atau situasi yang mirip dengan bagian awal cerita. Tapi tentu dengan perubahan pada tokoh atau makna di baliknya.

Full circle ending memberi kesan penutup yang rapi dan memuaskan. Pembaca bisa merasakan perjalanan tokoh utama yang utuh dan bermakna. Jenis ending novel ini cocok banget buat cerita bertema pencarian jati diri, atau transformasi karakter.

7. Close Ending

Kalau open ending bikin pembaca penasaran dan mikir-mikir sendiri, close ending justru sebaliknya. Ini adalah jenis ending novel yang menutup cerita dengan jelas dan tuntas. Semua konflik utama sudah diselesaikan, nasib para tokohnya juga sudah ditentukan.

Biasanya, jenis ending novel ini dipakai untuk cerita yang memang dirancang sebagai kisah utuh, tanpa rencana lanjut ke sekuel atau lanjutan. Pokoknya enggak ada lagi pertanyaan menggantung di akhir cerita.

8. Question Ending

Sesuai namanya, ending ini biasanya ditutup dengan pertanyaan, bukan cuma secara harfiah, tapi juga secara makna. Ending model begini enggak kasih jawaban pasti, tapi justru memancing pembaca untuk merenung, menafsirkan sendiri, atau bahkan berdiskusi bareng orang lain tentang arti sebenarnya dari akhir cerita.

Contohnya, coba bayangkan novel yang di akhir paragrafnya tokoh utama bertanya, “Apa aku benar-benar bebas sekarang?” atau cerita berakhir pas tokohnya memghilang tanpa kejelasan. Ending seperti ini enggak ngasih jawaban, tapi justru bikin kita terus kepikiran.

Lalu bedanya dengan open ending apa? Sekilas kedua ending tersebut memang mirip karena dua-duanya enggak memberikan penutup yang jelas. Open ending biasanya memberikan cerita berakhir di titik yang menggantung, bukan karena ingin bikin penasaran doang, tapi lebih membiarkan pembaca menafsirkan sendiri kelanjutan kisahnya. Sedangkan, question ending lebih menekankan pada pemikiran atau pertanyaan yang ingin ditinggalkan penulis di kepala pembaca.

9. Dialogue Ending

Kalau kamu pernah baca novel yang ditutup dengan kalimat percakapan antara tokoh-tokohnya, itu namanya dialogue ending. Ending jenis ini memakai dialog sebagai penutup cerita, bisa berupa percakapan sederhana, kalimat penuh makna, atau bahkan sindiran yang bikin nendang di akhir.

Dialogue ending cocok banget buat cerita yang menekankan hubungan antar karakter, entah itu persahabatan, keluarga, cinta, atau konflik batin. Kadang satu kalimat terakhir yang diucapkan tokoh bisa merangkum seluruh pesan cerita. Misalnya, cerita ditutup dengan si tokoh berkata, “Ayo kita pulang,” setelah melewati perjalanan panjang, sehingga kalimat itu mungkin singkat tapi penuh makna.

Itulah tadi beberapa jenis ending novel yang sering dipakai penulis. Mulai dari yang bahagia, tragis, terbuka, sampai yang penuh kejutan, dan setiap jenis punya keunikan dan daya tarik sendiri. Pilihan ending bisa sangat memengaruhi kesan akhir yang ditinggalkan cerita.

Sebagai pembaca, kamu bisa menikmati beragam rasa akhir sebuah cerita. Dan sebagai penulis, penting banget buat milih ending yang tepat agar kesan cerita tetap membekas di hati pembaca. Jadi, kamu tim happy ending atau justru lebih suka ditampar realita lewat sad ending? Apa pun itu, semoga tiap akhir cerita selalu ngasih kamu sesuatu yang berkesan.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn